Alternatif Perencanaan Produksi Agregat Dengan Biaya Minimum Untuk Mendukung Kontinuitas Rantai Pasok Pada Pt. MNO

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Hendi Dwi Hardiman
Juli Astuti
Amrin Rapi

Abstract

ABSTRAK

 

Perencanaan agregat merupakan perencanaan mengenai jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi. Rencana produksi agregat merupakan pedoman yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan produksi. Rencana produksi agregat yang baik adalah rencana yang secara menyeluruh dapat menyeimbangkan antara kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan dengan kebutuhan pasar sehingga berdampak minimum terhadap biaya. Banyak model yang dapat dikembangkan untuk menyusun rencana produksi agregat ini, khusus untuk PT MNO, karena sifat produksinya adalah make to stock, maka rencana produksi agregat yang dikembangkan berpedoman kepada agregasi produk dan hasil peramalan penjualan. Pola data hasil penjualan menunjukkan kecenderungan meningkat secara linear, sehingga model peramalan regresi linear dapat digunakan untuk meramalkan tingkat penjualan masing-masing tipe produk. Agregasi produk untuk menentukan satuan agregat harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menyusun rencana produksi agregat. Karena PT MNO memproduksi 3 (tiga) tipe produk, yaitu FC5Susun, FC3Susun dan  FC1Susun dan menggunakan fasilitas produksi yang sama. Yang menjadi satuan agregatnya adalah yang memiliki waktu penyelesaian produk terbesar, yaitu Tipe Produk FC5Susun. Model rencana produksi agregat yang dikembangkan sehubungan dengan penelitian ini adalah model transportasi (transport shipment) dan model spreadsheet yang didasarkan atas tingkat persediaan nol (zero inventory), dengan serah-susul (backorder), dan tidak dengan serah-susul (no backorder). Hasil perhitungan biaya untuk setiap model rencana produksi agregatnya adalah sebagai berikut: model transportasi (transport shipment) sebesar Rp.5.285668.470,-, model spreadsheet (tingkat persediaan nol/ zero inventory) sebesar Rp.6.114.660.000,-, model spreadsheet (dengan serah-susul/ backorder) sebesar Rp.6.477.379.181,-, dan model spreadsheet (tidak dengan serah-susul/ no backorder) sebesar Rp.6.620.767.677,- Sedangkan analisis biaya menunjukkan bahwa model transportasi (transport shipment problems) memiliki biaya terkecil, yaitu sebesar Rp.5.285668.470,-. Disarankan agar PT MNO memilih model perencanaan produksi agregat yang memberikan biaya minimum, yaitu model transportasi (transport shipment).

 

Kata kunci: Make to Stock, Regresi Linear, Perencanaan Agregat, Transport Shipment, Spreadsheet, Agregasi Produk.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

References

  1. a. Gaspersz, Vincent. (2002). Production Planning and Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRPII dan JIT Menuju Manufaktur 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. b. Kusuma, Hendra. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
  3. c. Santoso, Singgih. (2003). SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  4. d. Sipper, Daniel. & Bulfin, JR. Robert. (1997). PRODUCTION: Planning, Control, and Integration. United States of America.: Graw-Hill.
  5. e. Walpole, Ronald E. (1992). Pengantar Statistik. Edisi 3. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  6. f. Wignjosoebroto, Sritomo. (1991). Teknik Tata Cara. Jakarta: Gunawidya.